
Tenang, aku tak bersamanya kali ini.
Saat ini, aku bebas mencintaimu sedalam – dalamnya.
Tanpa takut terluka akan realita yang ada.
Kita mengarungi sebuah kota tak berpenghuni, sebuah distrik yang dipenuhi banyak sarang laba – laba di dalam bangunannya.
Begitu lengang di siang hari yang tak pernah kita lihat, dan mencekam di malam hari.
Namun, aku bersamamu.
Jadi, aku tak takut apapun.
Kamu nyata di sini, di tempat ini.
Sambil menyanyi senyaring – nyaringnya dalam balutan hitam pekat malam hari.
Sambil menari gembira menyambut baterai senter yang sudah kita cari sejauh ini.
Kita tak peduli, kita menyatu dalam kegelapan, dalam malam panjang terakhir kita.
Lalu, kita terisak satu sama lain, menangisi pagi yang hampir tiba.
Waktu kita hampir habis.
Kita benci fajar, kita benci terik.
Sebab, matahari menuntutku untuk menggunakan kembali tiara logika yang kemarin sengaja kutinggalkan.
—
Bogor, 27 Februari 2023